0leh: Zuhri
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhaar
Lubuklinggau
"... Ya Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungghunya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". ( QS. Al-Qashash: 26).
Rasanya
peringatan hari "Sumpah Pemuda" seperti masih di depan mata kita.
Hari di mana semua pemuda Indonesia
berikrar bahwa, mereka hanya akan bertanah air satu, yaitu Indonesia. Berbangsa satu, Indonesia, dan
berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sebagai seorang pemuda yang muslim tentunya
kita semua harus bangga dengan ikrar di atas sebagai sebuah kometmen kita
(pemuda negeri ini).
Namun, tentunya tugas kita sebagai
seorang pemuda yang muslim, harus bisa memaknai sumpah itu bukan hanya dengan
ongkang-ongkang kaki, apalagi menghayal dan malas-malasan, akan tetapi kita harus bisa membuat sebuah kerja
nyata demi agama nusa dan bangsa.
Al-Qur'an mengajarkan kita menjadi
generasi yang kuat. Allah berpesan agar kaum muslimin menumbuhkan generasi
penerus yang kuat. Bahkan Nabi bersabda, " Bahwa Muslim yang kuat itu
lebih baik dan lebih disayangi oleh Allah Swt daripada muslim yang lemah".
Dari ayat di atas minimal ada dua tolak ukur yang harus dimiliki oleh generasi
muda sebagai sebuah kunci agar lahir pemuda yang tangguh, jujur dan bermanfaat.
Pertama, anak muda yang mempunyai
kecerdasan yang tinggi, fisik yang sehat, mempunyai tatakrama dan hormat kepada
orang tua, mempunyai dinamika yang tinggi untuk mengembangkan dirinya. Inilah
arti dari kuat sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Qashas di atas. Pemuda adalah
penentu masa depan sebuah bangsa, ia akan menjadi lokomotif penggerak yang amat
menentukan. Betul sekali apa yang dikatakan seorang filosof Islam Mustofa
Al-Gholayain dalam bukunya "Idhotunun Nasyi'in", "Wahai
pemuda, ada di tangan mulah urusan umat serta maju mundurnya".
Kedua, anak muda yang beriman dan
bertakwa. Ini adalah landasan utama, dimana unsur ini akan menjadi unsur
penentu bagi berlangsungnya kehidupan sebuah agama dan bangsa. Kalau generasi
mudanya adalah generasi yang beriman dan bertakwa, maka insya Allah sebuah
bangsa akan maju. Namun sebaliknya, kalau generasi mudanya adalah generasi yang
bejat, tidak bertuhan, maka tunggulah tanggal mainnya, bangsa itu akan hilang
alias akan menjadi the lost country. Ini adalah arti dari "Al-Amin"
sebagaimana Allah jelaskan di atas. Rasulullah bersabda, "Ada tujuh kelompok yang
akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya:
……….pemuda atau remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta'ala…….(HR.
Bukhari Muslim).
Alkisah, ketika pasukan Bani Isra'il yang
dipimpin oleh raja mereka Thalut mau berperang untuk yang kesekian kalinya, dan
kali ini adalah perang yang menentukan dengan suku 'Amaliq, yang dipimpin oleh
raja jalut. Ia adalah seorang yang kuat, perkasa, dan penampilannya menebar
rasa takut, sehingga para prajurit Bani Isra'il atau Yahudi pun merasa takut
kepadanya. Jalut memakai tutup kepala yang terbuat dari tembaga, sehingga
cahaya matahari yang mengenai tutup kepala ini akan memantul, dan ini membuat
kilauan yang terlihat oleh orang-orang pasukan Bani Isra'il atau Yahudi,
sehingga mereka pun menjadi semakin takut dan ngeri kepadanya.
Pada zaman
dahulu, peperangan antara kedua kelompok belum akan dimulai, kecuali setelah
adanya duel antara dua orang pria bersenjata dari masing-masing kedua belah
pihak. Maka dimulailah duel anatara pasukan Thalut dan pasukan Jalut. Maka
keluarlah Jalut sendiri dari pasukannya, namun tidak ada seorang pun yang
berani menghadapinya.
Di Baitul
Maqdis, Dawud, sang pengembala yang bersuara merdu, duduk menanti kehadiran
saudara-saudaranya dari medan
perang. Mereka telah pergi bersama Thalut untuk memerangi suku 'Amaliq. Lama
Daud menanti mereka, hingga akhirnya ia memutuskan untuk membawa sejumlah
makanan untuk saudara-saudaranya di medan
pertempuran, sekaligus mengunjungi mereka guna menentramkan mereka.
Daud pun
berangkat menemui mereka, menyeberangi sungai Yordania, untuk melakukan sebuah
kejutan. Daud meninggalkan kambing-kambingnya dan pergi menemui
saudara-saudaranya. Kemudian sampailah ia di medan tempur dan menemukan kedua belah
pasukan telah siap berperang.
Untuk
kesekian kalinya Jalut menantang seorang dari kalngan Yahudi berduel dengannya,
dan ini merupakan kali pertama Dawud melihatnya. Jalut berkata: "Adakah
orang yang akan berperang? Adakah orang yang akan berduel? Ayolah lawan aku,
wahai para pengecut!" Orang-orang Yahudi kembali mundur ke belakang dengan
hati yang ciut. Tak seorangpun di antara mereka ada yang berani maju.
Dawud
merasakan kemarahan yang sangat, seakan-akan darahnya mendidih di seluruh
pembuluh darahnya, dan ia sangat marah kepada kaumnya yang pengecut. Ia kemudian
keluar dari barisan Yahudi seperti angin topan. Dawud berteriak: Aku yang akan
memerangimu, wahai orang yang teperdaya!" Saudara-saudara Dawud keluar dan
berkata kepadanya: "Apakah kamu gila? Ia adalah Jalut. Ia lebih perkasa
darimu."
Dawud
menjawab: "Sesungguhnya bersamaku ada Dzat yang lebih perkasa daripada
Jalut. Sesungguhnya Allah bersamaku. Aku seoarang mukmin, sedang ia seoarang
kafir." Saudara-saudara Dawud berkata: "Wahai Dawud, kembalilah ke
kambingmu. Ia akan membunuhmu."
Thalut
kemudian mendatangi Dawud dan berkata: " Duhai bocah, kembalilah ke Baitul
Maqdis. Ia adalah orang yang perkasa dan mengusai seni berperang, sedang kamu
seorang yang masih hijau dengan
peperangan. Kamu tidak akan sanggup berduel denganya." Dawud menjawab
dengan nana tegas: "Sesungguhnya Allah bersamaku."
Thalut
melihat Dawud bersikeras untuk berperang, kemudian berkata kepadanya:
"Semoga Allah senantiasa bersamamu, nak. Pergilah; perangilah dia!"
Thalut kemudian memakaikan bajunya kepada Dawud. Ia juga memakaikan topi besi
ke kepala Dawud dan mengenakan baju besi untuk melindunginya dari tusukan anak
panah dan tebasan pedang."
Dawud hendak keluar, namun ia meraskan tubuhnya
berat. Karena itulah dia melepas tutup kepala dan baju besi itu, kemudian
berkata: "Wahan Tuanku, sesungguhnya aku mampu menggunakan ketapel. Setiap
kali aku membidiknya kea rah sesuatu, pasti akan mengenainya."
Daud pun
maju ke hadapan Jalut. Ketika Jalut melihatnya seperti anak kecil, ia
memandangnya dengan bingun, kemudian berkata: "Kembalilah wahai anak
kecil, aku tidak terbiasa membunuh anak bocah." Dawud menjawab penuh
marah: "Akan tetapi, akulah yang akan membunuhmu, wahai kafir yang
sesat."
Diam dan
hening menutupi medan
perang, sementara saudara-saudara Dawud terus memandangi saudaranya dengan
penuh kekhawatiran. Di lain pihak, suku 'Amaliq juga terus memandang raja
mereka yang akan berduel dengan seorang bocah. Dawud kemudian mengeluarkan sebiji
batu dari dalam sakunya, meletakkannya ke dalam ketapel, lalu membidikannya kearah
mata Jalut dan mengenai sasarannya dengan tepat. Sehingga Jalut terjatuh. Maka
dengan cepat Dawud berlari kepadanya, kemudian menduduki dadanya dan menghunus
pedangnya, lalu memenggal lehernya.
Cerita di
atas memberi gambaran buat para generasi muda, bahwa dengan dekatnya kita
kepada Allah, maka Dia akan memberikan pertolongan kepada kita. Allah berfirman
mengenai kisah di atas, "Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara
Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut,
Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa dikehendaki-Nya. Seandainya
Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas
semesta alam." (QS. Al-Baqarah: 251).
Semoga kita
–generasi muda- Indonesia,
termasuk generasi yang kuat dan mempunyai iman dan takwa. Dengan begitu Allah
akan menolong kita. Amien. Wallahu A'lam bi Al-Shawab.
* Sudah dimuat di Media Musirawas, Jum’at
Tanggal 06 Nopember 2009 M.
Tidak ada komentar: