PENDIDIKAN NILAI-NILAI AKHLAK

 Oleh: Zuhri, S.Sos.I, M.Pd.I
Dosen  Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhaar danPengurus LBM NU Kota Lubuklinggau


"Meskipun kewajiban seorang bapak menjaga anaknya dari neraka dunia, akan tetapi, menjaganya dari neraka akhirat jauh lebih utama. Yaitu dengan cara mendidik, melatih, dan mengajarinya tentang akhlak yang baik" (Iman Al-Ghazali).
       
        Islam mengajarkan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya bertumpu pada pembentukan anak pinter, dan cerdas, serta sehat secara jasmani. Akan tetapi, pendidikan itu harus menyentuh tiga aspek utama, yakni aspek jismiyyah, 'aqliyyah, dan khuluqiyah ruhiyyah. Atau menurut istilah Benyamin S. Bloom, kognitif, afektif, dan psikomotor.  Islam melihat pendidikan secara integral, yaitu upaya dalam rangka memberi pengaruh-pengaruh yang baik supaya bisa menolong anak didik agar mampu untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi badan, akal, dan akhlak. Dan agar anak didik mampu memilah dan memilih mana yang terbaik untuk kehidupan pribadi dan sosialnya, tujuan akhirnya adalah supaya ia mampu secara pelan-pelan untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat serta berguna bagi agama, negara, dan umat secara keseluruhan.

         Al-Syaibany mengemukakan, bahwa pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitar. Lebih jauh lagi Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendifinisikan pendidikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik untuk hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya. Ahmad D. Marimba; mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil) (Nata, 2005: 9).  Ahmad Tafsir mendifinisikan pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (1992: 32).

         Dari beberapa ungkapan di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah upaya mempersiapkan dan membentuk pribadi Muslim yang sempurna dalam segala aspek kehidupannya, dan menurut pase umur (dan perkembangan jiwa dan akalnya), untuk kemaslahatan dunia dan akhirat, sesuai dengan prinsip, nilai, dan sistem pendidikan yang diajarkan Islam. Atau dengan bahasa lain, bahwa pendidikan adalah upaya yang berkesinambungan dalam pembentukan atau mewujudkan pribadi Muslim yang sempurna dan sehat, baik akal, ruh, maupun fisiknya, agar bisa hidup sesuai dengan aturan dan ajaran Islam.

         Dari penjelasan di atas timbulallah pertanyaan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tarbiyah khuluqiyah/akhlak atau pendidikan nilai-nilai? Tarbiyah khuliqiyah/akhlak adalah pekerjaan dalam rangka memperbaiki jiwa anak dan memperindah akhlaknya serta membiasakan mereka dengan sifat-sifat yang baik dan mulia, dengan itu mereka akan bisa hidup di tengah-tengah masyarakat dengan aman, tentram, dan saling ridha meridhai. Dan bukanlah Tarbiyah khuluqiyah/akhlak hanya terfokus untuk menghafal faedah-faedah kebaikan, fadilah-fadilah dari suatu pekerjaan, keburukan dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam Tarbiyah khuluqiyah/akhlak terkandung unsur pengaplikasian langsung, melatih anak dengan kebiasaan-kebiasaan, dan sifat-sifat yang baik setiap hari. Pelatihan atau pembiasaan ini harus berlangsung secara terus menerus dari waktu-kewaktu dan dari masa kemasa, sampai kebiasaan-kebiasaan yang baik itu menghunjam dalam dada dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari diri si anak sepanjang hayatnya. Maka dari itu, wajib hukumnya bagi seorang guru untuk memasukkan unsur-unsur akhlak yang mulia, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Apakah itu di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat. Oleh karena itu, semua pelajaran yang diajarkan di sekolah harus dimasukkan unsur-unsur Tarbiyah khuluqiyah/akhlak, sebagaimana kewajiban seorang guru menjadikan akhlak sebagai tujuan akhir dari semua pendidikan yang ia lakukan.

         Tarbiyah khuluqiyah (pendidikan akhlak) atau nilai-nilai sebagaimana diungkapkan KH. Moh. Idris Jauhari (almarhum), minimal harus mengandung empat unsur. Pertama, menanamkan keimanan yang benar atau akhlak terhadap Allah.  Maksudnya adalah, membiasakan dan melatih anak untuk selalu mentauhidkan Allah Swt, mencintai Rasul-Nya, dan berpegang teguh dengan tali Allah yang kuat, sehingga tampak dari mereka keimanan yang benar baik dari perkataan dan perbuatannya, yang pada akhirnya mereka akan tunduk dengan hukum-hukum dan syari'at agama.

         Kedua, membentuk pribadi ideal atau akhlak terhadap diri sendidri. Ini yang dimaksud dengan meluruskan tabiat atau watak anak dan kecenrungannya, kemudian melatih mereka dengan kebiasaan dan sifat-sifat yang baik dalam kehidupan pribadinya. Seperti jujur, amanah, istiqomah dan lain sebagainya.

         Ketiga, menanamkan kecintaan terhadap orang lain atau akhlak terhadap manusia. Ini dimaksud melatih anak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap masyarakat dan membiasakan mereka untuk menghormati hak-hak orang lain serta tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Maka dari itu, insya Allah pekerjaaan mereka akan bermanfaat bagi masyarakat.

         Keempat, menanamkan cinta tanah air. Ini adalah pekerjaan untuk menumbuhkan tanggungjawab dalam diri anak untuk memajukan negaranya dan mengembangkannya. Termasuk di dalamnya adalah mengajarkan mereka untuk membela negaranya dari musuh dan semua anasir-ansir yang merusak, tentunya dengan segala sesuatu yang memungkinkan, baik secara materi ataupun maknawi.

         Kelima, menanamkan kecintaan terhadap lingkungan. Ini artinya, kita biasakan anak-anak didik untuk mencintai lingkungan serta menjaganya. Baik itu hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati.

          Untuk itu, seharusnya setiap guru benar-benar menjadi guru yang digugu dan ditiru dalam segala aspek kehidupannya, baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Ia bukan hanya mentranfer ilmu dari otaknya ke otak anak, akan tetapi yang paling pokok adalah ia sukses menjadi teladan yang baik bagi seluruh siswa di mana ia mengajar. Termasuk di dalamnya adalah mengajari anak untuk bersikap jujur dalam perkataan dan perbuatan, di manpun dan sampai kapnpun. Contohnya adalah mengajari mereka untuk jujur dalam ujian, mengajari mereka untuk selalu mengedepankan kejujuran dalam segala hal.

         Sudah semestinya, kita melihat kembali pendidikan yang sedang kita lakukan di sekolah manapun kita berada, baik negeri maupun swasta, sekolah keagamaan ataupun sekolah umum. Karena kecendrungan dunia pendidikan kita selama ini lebih mengarah kepada sesuatu yang pragmatis. Contoh kasus kelululusan dalam ujian. Seharusnya kita sadar sesadar-sadarnya bahwa tugas kita adalah mendidik anak didik kita dengan nilai-nilai yang baik. Firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang sanagt besar". (QS. Luqmân/31 :13).

      Ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan yang akan membawa peserta didiknya hanya menyembah kepada Allah Swt. Wallahu a'lam bis-shawab.
    Sudah dimuat di Media Musirawas, Jum’at Tanggal 21 Mei 2010 M.

Tidak ada komentar:

Speak Your Mind

/>
Copyright © ZUHRI ABDUL HALIM · Designed By Admin